Yeremia 5:10

"Naiklah kebun anggurnya, namun jangan panen, musnahkanlah pokok-pokoknya, karena bukan milik TUHAN."

Ilustrasi Kebaikan Tuhan dan Konsekuensi Pelanggaran Peringatan Tanda Jalan

Simbol peringatan dan arahan dari firman Tuhan.

Ayat Yeremia 5:10, meskipun singkat, menyimpan makna teologis yang dalam dan relevan bagi kehidupan rohani umat percaya. Penggambaran tentang kebun anggur yang tidak boleh dipanen dan pokok-pokoknya yang harus dimusnahkan, memberikan sebuah gambaran metaforis mengenai konsekuensi dari pengabaian terhadap perintah dan kedaulatan Tuhan. Kebun anggur dalam konteks Alkitab sering kali melambangkan umat pilihan Tuhan, atau pekerjaan serta berkat yang telah Tuhan sediakan. Namun, dalam ayat ini, ada sebuah penegasan bahwa kebun tersebut bukanlah milik mereka yang seharusnya menggarapnya, melainkan milik TUHAN.

Penolakan untuk memanen dan perintah untuk memusnahkan menunjukkan sebuah kegagalan total dalam mengelola anugerah dan kepercayaan yang diberikan. Ini bisa diartikan sebagai penolakan terhadap berkat Tuhan, atau lebih jauh lagi, penolakan terhadap kepemilikan dan otoritas Tuhan atas hidup mereka. Ketika manusia mencoba mengklaim apa yang bukan miliknya, atau bertindak di luar batas yang ditetapkan oleh Penciptanya, maka hasil yang akan dituai bukanlah kelimpahan, melainkan kehancuran. Firman ini mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari, ayat ini mengajarkan kita untuk senantiasa memeriksa hati dan motivasi kita. Apakah kita menggarap berkat-berkat hidup – keluarga, pekerjaan, talenta – dengan kesadaran bahwa semuanya adalah titipan dari Tuhan? Atau apakah kita cenderung merasa memiliki mutlak, mengabaikan tanggung jawab moral dan spiritual yang menyertainya? Tuhan bisa saja memberikan berkat berlimpah, namun jika berkat tersebut disalahgunakan, disalah kelola, atau bahkan digunakan untuk melawan kehendak-Nya, maka berkat itu justru bisa menjadi sumber malapetaka. Perintah untuk "memusnahkan pokok-pokoknya" bukanlah gambaran kekejaman, melainkan sebuah penegasan bahwa ada tindakan yang perlu diambil untuk membersihkan apa yang telah tercemar atau menyimpang dari tujuan ilahi.

Ayat Yeremia 5:10 juga menggarisbawahi prinsip kedaulatan Tuhan. Kedaulatan-Nya mencakup segalanya, termasuk hak untuk menentukan apa yang akan terjadi dengan ciptaan-Nya. Israel pada masa itu sering kali jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala dan ketidaktaatan, sehingga mereka kehilangan hak untuk menikmati berkat Tuhan. Peringatan ini bertujuan agar mereka kembali menyadari siapa yang berkuasa dan siapa yang harus ditaati. Dengan demikian, ayat ini menjadi pengingat abadi bagi kita untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran dan kekuasaan Tuhan, serta untuk mengelola segala sesuatu yang dipercayakan kepada kita dengan setia dan penuh tanggung jawab, sebagai hamba yang baik yang mengakui Tuan-nya.

Mari kita renungkan makna Yeremia 5:10 ini dalam perjalanan iman kita. Semoga kita selalu menjadi pengelola yang baik atas segala anugerah Tuhan, dan senantiasa menempatkan kedaulatan-Nya sebagai prioritas utama dalam setiap aspek kehidupan kita.