"Pergilah, kamu utusan-utusan yang cepat, ke bangsa yang jangkauannya jauh dan lebar, ke bangsa yang ditakuti sejak berdirinya sampai sekarang, bangsa yang perkasa dan menggigit, bangsa yang tanahnya dialiri sungai-sungai, ke tanah yang dihuni bangsa yang perkasa dan menggigit."
Simbol Pesan yang Dibawa
Ayat Yesaya 18:2 ini memuat sebuah seruan yang ditujukan kepada para utusan. Kata "pergilah" mengindikasikan sebuah misi, sebuah tugas yang harus dilaksanakan. Namun, para utusan ini tidak dikirim untuk tugas yang biasa-biasa saja. Mereka diperintahkan untuk pergi ke "bangsa yang jangkauannya jauh dan lebar," menandakan sebuah entitas politik atau militer yang memiliki pengaruh luas di dunia pada masa itu. Deskripsi yang mengikuti, "bangsa yang ditakuti sejak berdirinya sampai sekarang, bangsa yang perkasa dan menggigit," memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai kekuatan dan dominasi bangsa tersebut. Ini bukan sekadar bangsa besar, tetapi bangsa yang kehadirannya saja sudah menimbulkan rasa gentar, memiliki kekuatan militer yang mampu "menggigit" atau memberikan pukulan telak.
Lebih lanjut, ayat ini memberikan petunjuk geografis yang menarik: "bangsa yang tanahnya dialiri sungai-sungai." Deskripsi ini seringkali diinterpretasikan merujuk pada peradaban-peradaban besar yang berkembang di sekitar lembah sungai yang subur, seperti Mesopotamia yang dialiri oleh Sungai Tigris dan Efrat, atau Mesir yang bergantung pada Sungai Nil. Keberadaan sungai-sungai ini tidak hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi juga sarana transportasi dan basis kekuatan militer yang vital. Disebutkan lagi, "ke tanah yang dihuni bangsa yang perkasa dan menggigit," yang seolah menegaskan kembali kekuatan dan sifat agresif bangsa yang dituju oleh para utusan.
Dalam konteks kitab Yesaya, seringkali terdapat pengutusan nabi atau utusan untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada berbagai bangsa, baik Israel maupun bangsa-bangsa lain. Pesan yang dibawa biasanya berkaitan dengan penghakiman ilahi atas dosa, peringatan akan konsekuensi perbuatan, atau janji pemulihan. Ayat ini bisa jadi merupakan bagian dari nubuat yang lebih besar mengenai nasib bangsa-bangsa yang berinteraksi dengan umat Allah, atau bagaimana Allah bekerja melalui kekuatan duniawi untuk mencapai tujuan-Nya.
Seruan ini menyoroti pentingnya kesadaran akan kekuatan yang beroperasi di dunia. Bangsa-bangsa yang kuat dan besar memiliki peran dalam skema ilahi, meskipun terkadang peran tersebut datang dalam bentuk ancaman atau penindasan. Namun, di balik deskripsi tentang kekuatan dan rasa takut, ada pesan implisit bahwa Allah yang Mahakuasa adalah penguasa segala bangsa. Para utusan yang dikirim membawa pesan ilahi, menunjukkan bahwa bahkan kekuatan dunia yang paling besar sekalipun berada di bawah kendali dan tujuan ilahi.
Memahami ayat ini mendorong kita untuk melihat gambaran yang lebih luas mengenai bagaimana kekuasaan, geografi, dan interaksi antar bangsa saling terkait dalam narasi yang lebih besar. Pesan yang disampaikan melalui para utusan ini, meskipun ditujukan kepada bangsa yang perkasa, pada akhirnya juga memiliki resonansi bagi pendengar dan pembaca sepanjang masa, mengingatkan kita akan kedaulatan Allah atas segala sesuatu di bumi.