Yohanes 9:26 - Kebutaan dan Penglihatan Rohani

"Kata mereka kepadanya: 'Bagaimana matamu dapat terbuka?' Jawab orang itu: 'Ia, yang disebut Yesus, mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam, basuhlah dirimu. Sesudah itu aku pergi, aku membasuh diri, dan mataku menjadi terang.'"
Penglihatan Baru

Kisah tentang orang buta sejak lahir yang disembuhkan oleh Yesus dalam Injil Yohanes pasal 9 merupakan salah satu narasi yang paling kuat dan menggugah. Ayat 26, yang diucapkan oleh orang yang baru saja mendapatkan penglihatannya, "Kata mereka kepadanya: 'Bagaimana matamu dapat terbuka?' Jawab orang itu: 'Ia, yang disebut Yesus, mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam, basuhlah dirimu. Sesudah itu aku pergi, aku membasuh diri, dan mataku menjadi terang.'" membawa kita pada inti pengalaman transformatif ini.

Jawaban orang itu sederhana namun penuh keyakinan. Ia tidak memberikan penjelasan teologis yang rumit atau argumen filosofis yang mendalam. Sebaliknya, ia menceritakan fakta, sebuah kisah nyata tentang apa yang telah terjadi padanya. Pengalamannya dimulai dengan tindakan Yesus yang tampaknya sederhana: mengaduk tanah dan mengoleskannya pada matanya. Tindakan ini mungkin tampak aneh bagi orang yang melihatnya, terutama bagi para pemimpin agama yang meragukan Yesus. Namun, bagi orang yang tadinya buta, ini adalah awal dari mukjizat.

Instruksi Yesus untuk pergi ke kolam Siloam dan membasuh diri adalah langkah selanjutnya. Kolam Siloam, yang berarti "diutus" atau "dikirim," memiliki makna simbolis yang mendalam. Pergi ke sana dan melakukan tindakan membasuh diri membutuhkan iman. Orang yang buta itu tidak hanya menunggu mukjizat terjadi begitu saja. Ia harus bertindak, bergerak, dan mempercayai perkataan Yesus. Ketika ia melakukan tindakan ketaatan itu, ia mengalami pemulihan total. Matanya menjadi terang.

Kisah ini bukan sekadar tentang penyembuhan fisik. Ia juga menyoroti kontras antara penglihatan fisik dan penglihatan rohani. Orang-orang Farisi, yang mengaku memiliki pengetahuan rohani dan pemahaman hukum Taurat, justru buta secara rohani terhadap identitas Yesus dan karya-Nya. Mereka lebih sibuk mempertanyakan metode Yesus daripada bersukacita atas kebaikan yang dilakukan-Nya. Sebaliknya, orang yang tadinya buta ini, meskipun secara fisik tidak dapat melihat, memiliki hati yang terbuka untuk menerima kebenaran.

Pengalaman orang ini mengajarkan kita tentang pentingnya iman dan ketaatan. Mukjizat seringkali datang melalui tindakan iman yang sederhana, diiringi dengan ketaatan pada perintah Tuhan. Jawaban orang itu, "mataku menjadi terang," adalah kesaksian yang tak terbantahkan. Ia tidak bisa menyangkal apa yang telah ia alami. Pengalaman pribadinya menjadi bukti yang kuat atas kuasa Yesus.

Di era digital ini, di mana informasi melimpah ruah, kita juga perlu berhati-hati agar tidak mengalami kebutaan rohani. Terkadang, kita terlalu sibuk dengan keraguan, logika, atau pandangan duniawi sehingga kehilangan kemampuan untuk melihat pekerjaan Tuhan di sekitar kita. Kisah Yohanes 9:26 mengingatkan kita untuk datang kepada Yesus, mendengarkan firman-Nya, dan dengan iman melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Hanya dengan cara itulah, mata rohani kita akan terbuka dan kita dapat melihat terang-Nya yang ajaib.