Yohanes 9:28 - Jawaban Tegas dalam Iman

"Maka ia membalasnya, katanya: "Dia itu orang fasik, tetapi Ia menegor kami dengan teguran-Mu."

Ayat Yohanes 9:28 merupakan momen krusial dalam narasi penyembuhan orang buta sejak lahir di kitab Injil Yohanes. Kejadian ini terjadi setelah Yesus menyembuhkan orang buta tersebut dengan membuat lumpur dan mengoleskannya ke mata orang itu, lalu menyuruhnya untuk mencuci diri di kolam Siloam. Peristiwa ini menimbulkan perdebatan sengit antara orang Farisi dan orang yang tadinya buta, yang kini bisa melihat.

Orang Farisi, sebagai otoritas agama pada masa itu, sangat skeptis dan merasa terancam dengan tindakan Yesus. Mereka tidak dapat menjelaskan bagaimana seorang yang melanggar hukum Sabat (menurut interpretasi mereka) dapat melakukan perbuatan luar biasa seperti itu. Alih-alih menerima tanda mukjizat yang jelas, mereka justru mencari cara untuk menolaknya. Mereka bahkan memanggil orang tua dari orang yang tadinya buta untuk mengkonfirmasi identitas dan kondisi anaknya.

Namun, ketika orang yang tadinya buta itu dipanggil kembali dan ditanyai, ia tidak gentar. Ia telah mengalami perubahan hidup yang radikal. Kegelapan yang dialaminya selama seumur hidup kini telah digantikan oleh terang, bukan hanya terang fisik, tetapi juga terang pemahaman spiritual. Di hadapan para pemuka agama yang penuh tuduhan dan kebencian, ia dengan tegas menyatakan kebenaran. Ia bukan hanya mengakui bahwa Yesus telah menyembuhkannya, tetapi juga mulai memahami siapa Yesus sebenarnya.

Jawaban dalam Yohanes 9:28 ini adalah respons langsung terhadap tuduhan orang Farisi yang menyebut Yesus sebagai "orang fasik". Orang yang baru saja melihat itu, dengan keberanian yang luar biasa, membedakan antara perlakuan yang diterimanya dari Yesus dan dari para ahli Taurat. Ia mengakui bahwa Yesus memang telah "menegur" mereka, yang dalam konteks ini bisa diartikan sebagai menegur kegelapan, ketidakpercayaan, dan kefasikan yang ada di sekelilingnya. Teguran itu adalah teguran kebenaran yang membawa pemulihan.

Perkataan ini menunjukkan perkembangan iman yang signifikan. Ia tidak lagi hanya melihat Yesus sebagai penyembuh, tetapi sebagai pembawa otoritas ilahi yang mampu membedakan yang benar dan yang salah, yang terang dan yang gelap. Ia siap menghadapi penolakan dan pengucilan dari komunitas agamanya demi kesaksian akan Yesus. Keberaniannya bersumber dari pengalaman pribadi yang tak terbantahkan.

Terang

Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan transformasi yang dibawa oleh Kristus. Ketika kita mengalami terang-Nya, kita tidak bisa lagi kembali ke kegelapan. Kita dipanggil untuk memiliki keberanian seperti orang yang tadinya buta untuk bersaksi tentang kebaikan-Nya, bahkan ketika menghadapi penolakan atau kesalahpahaman. Pengalaman pribadi akan karya Kristus adalah dasar iman yang kuat, yang mampu membela kebenaran meskipun harus berhadapan dengan otoritas yang menentang.

Dalam Yohanes 9:28, kita melihat bagaimana kesaksian seseorang yang telah mengalami anugerah dan terang Kristus menjadi senjata ampuh melawan kebohongan dan kefasikan. Ia tidak tunduk pada tekanan, melainkan memilih untuk setia pada kebenaran yang telah ia alami. Ini adalah pengingat bahwa iman sejati seringkali memerlukan keberanian untuk berbeda dan untuk berbicara demi kebenaran, apa pun konsekuensinya.

Pengalaman terang spiritual melampaui sekadar penglihatan fisik; ia membawa pemahaman, keberanian, dan kesaksian yang teguh.