"Kemudian Yosua memanggil orang Ruben, orang Gad dan setengah suku Manasye, dan berkata kepada mereka: ..."
Ayat pembuka dari pasal 22 Kitab Yosua ini menandai sebuah momen penting dalam narasi bangsa Israel setelah mereka berhasil menaklukkan dan membagi tanah Kanaan. Setelah perjuangan panjang dan penyerahan diri kepada kepemimpinan Yosua, umat Allah kini dihadapkan pada tahap baru, yaitu konsolidasi dan hidup dalam perjanjian yang telah diberikan. Frasa "Kemudian Yosua memanggil..." mengindikasikan sebuah tindakan yang disengaja dan terstruktur dari seorang pemimpin yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap elemen dari umat Allah memahami peran dan tanggung jawab mereka.
Penting untuk dicatat bahwa yang dipanggil adalah suku Ruben, suku Gad, dan setengah suku Manasye. Ketiga kelompok ini adalah mereka yang sebelumnya telah memilih untuk mendiami tanah di sebelah timur Sungai Yordan, sementara mayoritas suku lainnya menempati tanah di sebelah barat. Keputusan ini, meskipun telah disepakati sebelumnya, bisa menjadi sumber potensi perpecahan atau kesalahpahaman di masa mendatang. Oleh karena itu, Yosua, sebagai pemimpin yang bijaksana, mengambil inisiatif untuk mengumpulkan mereka guna membahas hal-hal yang krusial demi menjaga keutuhan spiritual dan persatuan bangsa.
Tujuan panggilan ini, seperti yang akan terungkap di ayat-ayat selanjutnya, adalah untuk menegaskan kembali kesetiaan mereka kepada TUHAN dan kepada umat Israel secara keseluruhan. Yosua ingin memastikan bahwa mereka yang telah menerima bagian tanah mereka di sisi timur Yordan tetap berpegang teguh pada hukum dan perintah Allah, serta tidak melupakan perjanjian persaudaraan dengan suku-suku di seberang. Ini adalah sebuah pengingat tentang pentingnya kesatuan di dalam iman dan ketaatan kepada Allah, bahkan ketika secara geografis terpisah.
Perintah Yosua untuk memanggil mereka menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam konteks iman bukanlah sekadar memberikan perintah, tetapi juga melibatkan komunikasi, klarifikasi, dan penguatan. Yosua bertindak sebagai gembala yang peduli terhadap setiap dombanya. Ayat ini menyoroti prinsip bahwa meskipun setiap individu atau kelompok memiliki bagian dan tanggung jawab unik, mereka tetap terikat oleh panggilan yang lebih besar untuk hidup dalam kebenaran dan ketaatan bersama. Kisah di pasal ini akan terus menjelaskan bagaimana isu-isu yang timbul dari pemisahan geografis ini ditangani dengan hikmat dan kasih, meneguhkan kembali betapa vitalnya kesatuan umat Allah dalam menghadapi tantangan. Ini adalah pelajaran abadi tentang bagaimana menjaga hubungan yang sehat dan setia, baik secara vertikal kepada Tuhan maupun horizontal antar sesama umat-Nya.