Yosua 22:25 Janji & Kesetiaan

Yosua 22:25 - Janji dan Kesetiaan

"Baiklah kami membuat sebuah mezbah, bukan untuk korban bakaran atau kurban sembelihan, melainkan sebagai saksi di antara kita dan keturunan kita, bahwa kamulah yang menjadi umat TUHAN, yang diabdikan kepada-Nya."

Fondasi Kesetiaan dan Persatuan

Kisah yang tertulis dalam Yosua 22:25 merupakan momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah bertahun-tahun berjuang di bawah kepemimpinan Yosua untuk merebut Tanah Perjanjian, dua setengah suku Israel—Ruben, Gad, dan setengah suku Manasye—yang telah diberkati dengan tanah di sebelah timur Sungai Yordan, memutuskan untuk mendirikan sebuah mezbah. Tindakan ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi suku-suku lain yang mendiami tanah di sebelah barat Yordan. Mereka khawatir bahwa pembangunan mezbah ini merupakan indikasi penyembahan berhala atau pemisahan diri dari ibadah kepada TUHAN yang satu, sebagaimana yang telah diajarkan Musa dan Yosua.

Ketakutan ini bukanlah tanpa alasan. Sejarah Israel dipenuhi dengan peringatan keras untuk tidak menyimpang dari penyembahan kepada TUHAN. Setiap bentuk penyembahan lain dianggap sebagai pengkhianatan dan akan mendatangkan murka Ilahi. Oleh karena itu, reaksi awal suku-suku di barat Yordan adalah mengancam perang, melihat mezbah tersebut sebagai tanda pemberontakan.

Persatuan dalam Ibadah

Penjelasan yang Meredakan Ketegangan

Namun, sebelum eskalasi konflik terjadi, para pemimpin suku-suku di timur Yordan, dipimpin oleh Pinehas (seorang imam), datang untuk memberikan penjelasan. Ayat Yosua 22:25 menjadi inti dari klarifikasi mereka. Mereka menegaskan bahwa mezbah yang dibangun bukanlah untuk tujuan korban bakaran atau persembahan yang melanggar perintah TUHAN. Sebaliknya, mezbah itu dirancang sebagai "saksi di antara kita dan keturunan kita, bahwa kamulah yang menjadi umat TUHAN, yang diabdikan kepada-Nya."

Tujuan mezbah ini adalah simbolis. Ini adalah pengingat visual yang permanen akan ikatan persaudaraan dan keimanan mereka yang dibagi dengan semua suku Israel. Mereka ingin menegaskan bahwa, meskipun secara geografis mereka terpisah oleh Sungai Yordan, mereka tetap menjadi bagian integral dari satu bangsa yang dipilih oleh TUHAN dan tunduk pada otoritas-Nya. Mezbah ini berfungsi sebagai penegasan kesetiaan mereka kepada TUHAN dan komitmen mereka terhadap perjanjian yang telah dibuat.

"Ini adalah tindakan kehati-hatian yang luar biasa, bukan pemberontakan. Sebuah monumen untuk memperkuat iman, bukan untuk membelot dari penyembahan."

Pelajaran yang Relevan

Kisah Yosua 22:25 mengajarkan kita nilai pentingnya komunikasi, klarifikasi, dan kesalahpahaman yang bisa timbul dari tindakan yang tidak dijelaskan sepenuhnya. Ini juga menyoroti pentingnya menjaga persatuan dalam iman, bahkan ketika ada perbedaan dalam praktik atau lokasi. Bagi bangsa Israel kuno, mezbah tersebut melambangkan kesatuan mereka sebagai umat Allah yang telah dipilih.

Dalam konteks modern, kita dapat mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupan pribadi dan komunal. Penting bagi kita untuk tidak terburu-buru menghakimi, tetapi berusaha memahami motif di balik tindakan orang lain. Komunikasi yang terbuka dan kejujuran dalam menjelaskan niat kita dapat mencegah konflik yang tidak perlu dan memperkuat ikatan persaudaraan. Kesetiaan kita kepada Tuhan harus selalu menjadi prioritas, dan tindakan kita seharusnya mencerminkan hal tersebut, serta mampu meyakinkan orang lain tentang ketulusan iman kita, bukan justru menimbulkan keraguan. Mezbah kesaksian itu menjadi pengingat abadi bahwa persatuan dalam keyakinan adalah fondasi yang kokoh.