"Lalu Harun serta anak-anaknya membasuh tangan dan kaki mereka dengan air itu. Sesudah itu Harun meminyaki mezbah itu dengan minyak itu, tujuh kali."
Ayat Imamat 8:11 mengisahkan momen penting dalam penetapan Harun dan anak-anaknya sebagai imam di hadapan Tuhan. Tindakan membasuh tangan dan kaki dengan air menandakan penyucian lahiriah, sebuah persiapan esensial sebelum menyentuh hal-hal yang kudus. Namun, yang lebih dalam lagi adalah tindakan peminyakan mezbah. Minyak zaitun yang digunakan dalam ritual keagamaan di zaman Perjanjian Lama adalah simbol kuat dari hadirat Allah, Roh Kudus, dan pengudusan. Ketika mezbah dipinyaki, itu berarti mezbah tersebut dikuduskan, dipisahkan dari penggunaan biasa, dan ditahbiskan khusus untuk pelayanan Tuhan.
Imamat 8:11, bersama dengan ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya, menggambarkan sebuah tatanan ilahi yang sangat teliti. Peminyakan yang dilakukan Harun bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah tindakan simbolis yang mengingatkan umat Israel akan kekudusan Tuhan dan perlunya hati serta tindakan yang murni dalam beribadah. Tujuh kali peminyakan mezbah menunjukkan kesempurnaan dan kelengkapan pengudusan yang diperintahkan oleh Tuhan. Ini bukan tentang kuantitas angka, melainkan penegasan akan totalitas pemisahan mezbah untuk pekerjaan suci.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini membuka pemahaman tentang makna kekudusan. Kekudusan berarti terpisah, disucikan, dan dikhususkan bagi Allah. Perminyakan bukan hanya untuk mezbah, tetapi juga untuk para imam, yang menandakan bahwa mereka pun dikuduskan untuk tugas pelayanan mereka. Hal ini mencerminkan kebenaran rohani yang sama berlaku bagi orang percaya di zaman Perjanjian Baru. Melalui Yesus Kristus, kita juga telah dikuduskan dan dipanggil untuk hidup kudus, terpisah dari dosa, dan dikhususkan untuk melayani Tuhan dengan seluruh hidup kita. Roh Kudus yang diibaratkan dengan minyak, bekerja dalam diri kita untuk menyucikan, memperlengkapi, dan menguduskan kita.
Memahami Imamat 8:11 memberikan perspektif yang lebih kaya tentang pentingnya penyucian dan dedikasi dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ini adalah panggilan untuk tidak hanya melakukan ritual keagamaan, tetapi juga untuk memiliki hati yang murni dan pikiran yang terfokus pada kehendak-Nya. Perminyakan mezbah menjadi pengingat abadi bahwa setiap aspek kehidupan kita yang didedikasikan untuk Tuhan haruslah kudus dan terpisah dari segala yang najis. Semoga kita senantiasa merenungkan makna mendalam dari ayat ini dan menerapkannya dalam perjalanan iman kita sehari-hari.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kekudusan dalam Alkitab, Anda bisa membaca Imamat pasal 19 yang juga banyak membahas tentang kehidupan yang kudus.