Berkata pulalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap dirimu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk berbakti kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi."
Simbol kesetiaan dan berkat Tuhan.
Firman Tuhan dalam Yosua 24:22 adalah sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Setelah melewati berbagai pengalaman luar biasa bersama Tuhan, mulai dari pembebasan dari perbudakan Mesir, penyeberangan Laut Merah, hingga perjalanan di padang gurun, Yosua menghadirkan bangsa itu pada sebuah titik penentuan. Di hadapan Tuhan dan seluruh umat, mereka diminta untuk secara sadar dan sengaja menyatakan pilihan hati mereka. Pertanyaan Yosua, "Kamulah saksi terhadap dirimu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk berbakti kepada-Nya," bukanlah sebuah pertanyaan retoris, melainkan sebuah undangan untuk sebuah komitmen yang mendalam.
Jawaban bangsa Israel yang tegas, "Kamilah saksi," menunjukkan bahwa mereka mengakui kebenaran dan kebaikan Tuhan dalam hidup mereka. Ini adalah pengakuan atas segala campur tangan ilahi yang telah membawa mereka hingga ke tanah perjanjian. Dalam konteks kekinian, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya sebuah pilihan sadar untuk mengabdi kepada Tuhan. Kehidupan modern sering kali dibanjiri oleh berbagai pilihan dan godaan yang dapat mengalihkan fokus kita dari prioritas rohani. Yosua 24:22 menjadi pengingat bahwa kesetiaan kepada Tuhan bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah keputusan yang didasari oleh pemahaman akan kasih dan kuasa-Nya.
Menjadi saksi berarti lebih dari sekadar mengucapkan kata-kata. Itu adalah sebuah deklarasi hidup yang harus tercermin dalam setiap tindakan dan keputusan kita. Ketika bangsa Israel bersaksi bahwa mereka memilih Tuhan, itu berarti mereka berjanji untuk meninggalkan jalan-jalan dewa-dewa lain dan mengarahkan seluruh hidup mereka untuk melayani Pencipta. Dalam kehidupan kita, menjadi saksi Tuhan berarti kita hidup sesuai dengan ajaran-Nya, mengasihi sesama, dan memuliakan nama-Nya dalam segala aspek kehidupan, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun pergaulan sosial.
Kesetiaan yang dinyatakan dalam Yosua 24:22 bukanlah kesetiaan yang bersifat sementara, melainkan sebuah komitmen seumur hidup. Yosua sendiri kemudian menekankan pentingnya menjaga kesetiaan ini dengan berkata, "Jika kamu meninggalkan TUHAN dan berbakti kepada dewa-dewa asing, maka Ia akan berbalik bertindak terhadap kamu dengan celaka dan membinasakan kamu, sekalipun kamu telah diberi-Nya kesejahteraan." (Yosua 24:20). Ini menunjukkan bahwa konsekuensi dari kesetiaan adalah berkat dan perlindungan Tuhan, sementara konsekuensi dari ketidaksetiaan adalah kebinasaan.
Di era digital saat ini, di mana informasi tersebar dengan cepat dan pengaruh dari berbagai arah sangat kuat, kesaksian kita kepada Tuhan perlu diteguhkan kembali. Media sosial, hiburan, dan tuntutan dunia sering kali mencoba menggeser fokus kita dari nilai-nilai kekal. Yosua 24:22 mengajak kita untuk secara pribadi merenungkan, "Sudahkah aku benar-benar memilih Tuhan dalam segala aspek hidupku?"
Memilih Tuhan berarti menempatkan-Nya sebagai pusat dari segala sesuatu. Ini adalah sebuah proses berkelanjutan yang membutuhkan kerendahan hati, doa, dan firman Tuhan. Seperti bangsa Israel yang bersaksi di hadapan Tuhan, demikian pula kita dipanggil untuk terus menerus memperbarui komitmen kita, meyakinkan diri sendiri dan orang lain bahwa Tuhan adalah pilihan terbaik yang pernah ada. Kesaksian ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi tentang masa kini dan masa depan yang kita jalani bersama Dia. Marilah kita menjadikan Yosua 24:22 sebagai pengingat untuk senantiasa hidup dalam kesetiaan yang mendalam kepada Tuhan.