Kebenaran Iman Yang Berkuasa

1 Raja-raja 18:31
"Sesudah itu Elia mendirikan mezbah di sana di tengah jalan untuk TUHAN, lalu ia menggali parit sekeliling mezbah itu, secukupnya untuk menampung kira-kira dua buyung air. Kemudian ia menumpuk kayu api, memotong lembu jantan itu, lalu meletakkannya di atas kayu api itu. Sesudah itu ia berkata: 'Penuhilah parit itu dengan air dan tuangkanlah air itu ke atas korban bakaran dan ke atas kayu api.' Katanya pula: 'Buatlah begitu untuk kedua kalinya.' Dan mereka berbuat demikian. Katanya lagi: 'Buatlah begitu untuk ketiga kalinya.' Lalu mereka mengisi parit itu dengan air untuk ketiga kalinya."

Kisah Pertarungan Iman di Gunung Karmel

Ayat ini berasal dari salah satu kisah paling dramatis dalam Perjanjian Lama, yang tercatat dalam Kitab 1 Raja-raja pasal 18. Kisah ini menceritakan konfrontasi epik antara Nabi Elia dan para nabi Baal di Gunung Karmel. Bangsa Israel telah jatuh dalam penyembahan berhala, meninggalkan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Raja Ahab, yang dikuasai oleh istrinya, Izebel, secara aktif mempromosikan penyembahan Baal.

Dalam konteks inilah Elia, seorang hamba Tuhan yang gigih, tampil sebagai pembela iman sejati. Ia menantang Ahab untuk mengumpulkan seluruh Israel dan 450 nabi Baal di Gunung Karmel untuk membuktikan siapa Tuhan yang sebenarnya. Pertaruhan sangatlah tinggi; penentuan iman bangsa Israel bergantung pada siapa yang akan dijawab oleh Tuhan dengan api dari langit.

Persiapan Menguji Kesetiaan

Bagian yang dicatat dalam 1 Raja-raja 18:31 menjelaskan persiapan Elia untuk mempersiapkan korban bakaran di mezbah. Perintahnya untuk mengisi parit dengan air sebanyak tiga kali bukanlah tindakan yang membingungkan, melainkan sebuah strategi yang cerdas dan penuh keyakinan. Elia tahu bahwa Allah Israel sanggup mendemonstrasikan kuasa-Nya, bahkan dalam keadaan yang paling sulit dan meragukan.

Mengapa air? Air pada masa itu sangat berharga, terutama di wilayah yang rentan kekeringan. Dengan memerintahkan agar korban bakaran dan kayu api dibasahi kuyup dengan air, bahkan hingga paritnya terisi, Elia membuat tugas para nabi Baal menjadi lebih mudah. Jika mereka bisa membakar korban mereka dengan cara biasa, ini akan menjadi bukti yang meyakinkan. Namun, bagi Elia, tindakan ini justru akan semakin memperjelas keajaiban ketika Allah menjawab doanya dengan api.

Bukti Kuasa Tuhan Yang Tak Terbantahkan

Saat para nabi Baal melakukan ritual mereka dengan histeris sepanjang hari, memanggil Baal tanpa jawaban, suasana menjadi semakin menegangkan. Kemudian tibalah giliran Elia. Dengan tenang, ia mendirikan mezbah, menata kayu api, dan meletakkan lembu jantan itu. Setelah meminta mezbah itu dibasahi air, Elia berdoa. Doanya singkat, langsung pada pokoknya, memohon agar Allah menunjukkan diri-Nya dan membuktikan bahwa Dialah Tuhan yang sejati.

Dan Allah menjawab. Api turun dari langit, melalap korban bakaran, kayu api, batu-batu mezbah, bahkan air yang ada di parit. Kesaksian ini begitu luar biasa sehingga seluruh umat Israel jatuh tersungkur menyembah TUHAN dan mengakui, "TUHANlah Allah, Dialah Allah!" Para nabi Baal kemudian ditumpas, menandai titik balik besar dalam pemulihan iman di Israel.

Pelajaran Relevan untuk Masa Kini

Kisah 1 Raja-raja 18:31 mengingatkan kita bahwa iman yang teguh, yang bersandar pada Tuhan yang berkuasa, dapat mengatasi segala rintangan. Elia tidak ragu untuk meletakkan dirinya dan bangsa Israel pada ujian yang ekstrem, percaya sepenuhnya pada kemampuan Tuhan untuk bertindak. Tindakan Elia yang berani dan penuh keyakinan, yang diperkuat oleh campur tangan ilahi, menjadi bukti abadi bahwa Allah sanggup melakukan hal yang mustahil.

Ilustrasi: Api turun dari langit, simbol kuasa ilahi