Kisah yang tertulis dalam 1 Raja-Raja pasal 18 adalah salah satu momen paling dramatis dalam sejarah Israel. Di tengah musim kemarau panjang yang melanda negeri, umat Israel terpecah belah dalam ibadah mereka. Sebagian besar telah berpaling dari TUHAN untuk menyembah Baal, dewa kesuburan yang dijanjikan oleh para nabi palsu dapat mendatangkan hujan. Di sisi lain, Nabi Elia berdiri teguh sebagai saksi tunggal bagi kebenaran TUHAN.
Puncak dari pertarungan iman ini terjadi di Gunung Karmel. Elia menantang 450 nabi Baal untuk berdoa kepada allah mereka agar menurunkan api dari langit untuk membakar kurban mereka. Ini adalah ujian yang sangat jelas: allah mana yang benar-benar berkuasa? Para nabi Baal berdoa, berteriak, bahkan melukai diri mereka sendiri, namun tidak ada jawaban. Waktu terus berlalu, dan kehampaan iman mereka semakin terlihat jelas.
Simbolisme kekuatan dan kebenaran yang menembus kegelapan.
Kemudian, tibalah giliran Elia. Ia tidak berteriak, tidak melukai diri, melainkan dengan tenang mempersiapkan mezbah yang telah dirobohkan. Elia meminta agar lembu kurban disiram air berulang kali, bahkan parit di sekeliling mezbah pun diisi air. Ini bukan persiapan yang masuk akal secara logika manusia untuk mendapatkan api. Justru, ini adalah cara untuk menghilangkan keraguan sekecil apapun bahwa api yang datang bukanlah hasil tipu daya. Elia kemudian berdoa kepada TUHAN, memohon agar api turun dari langit dan menunjukkan bahwa TUHAN adalah Allah Israel yang sebenarnya.
Kalimat "Baiklah binatang itu dipotong dan diletakkan di atas mezbah ini. Jika api TUHAN datang, maka seluruhnya terbakar habis. Hendaklah ia menyembah kepada TUHAN" adalah inti dari tantangan Elia. Ini bukan sekadar demonstrasi kekuatan, tetapi sebuah seruan untuk kembali kepada ketaatan dan pengakuan iman yang murni. Elia tahu bahwa ia berserah sepenuhnya kepada kuasa TUHAN. Tidak ada upaya manusia yang dapat menandingi kuasa ilahi jika TUHAN berkenan menunjukkannya.
Ketika Elia selesai berdoa, "maka api TUHAN turun memakan habis korban bakaran itu, dan kayu itu pun batu itu dan tanah itu pun habis dimakan api, sedang air yang dalam parit itu habis dijilat api." (1 Raja-Raja 18:38). Keajaiban ini membungkam semua orang. Mereka tersungkur dan mengakui, "TUHAN, Dialah Allah, Dialah Allah!" (1 Raja-Raja 18:39). Umat Israel kemudian memegang perkataan Elia dan menangkap para nabi Baal.
Kisah 1 Raja-Raja 18:34 mengingatkan kita akan pentingnya iman yang teguh di tengah kesulitan dan kebingungan. Ini adalah panggilan untuk berserah total kepada Allah, mempercayai kuasa-Nya yang melampaui logika manusia, dan mengakui Dia sebagai satu-satunya Allah yang berkuasa. Iman yang teruji, seperti yang ditunjukkan Elia, tidak mencari kemudahan, tetapi kedaulatan Allah.