"Maka sampailah Yakub ke Betel, ke tempat di mana Allah menampakkan diri kepadanya waktu ia melarikan diri dari Esau, abangnya."
Simbol Betel: Tugu Batu Mengingat Janji Allah
Ayat Kejadian 35:27 mencatat momen penting dalam perjalanan hidup Yakub. Setelah sekian lama berkelana, menghadapi berbagai ujian, dan mengalami perubahan besar dalam keluarganya, ia akhirnya kembali ke Betel. Tempat ini bukan sekadar lokasi geografis, melainkan sebuah titik refleksi rohani yang mendalam. Di sinilah Yakub pernah mengalami perjumpaan ilahi yang mengubah hidupnya, sebuah mimpi tentang tangga yang menghubungkan bumi dan surga, serta janji Allah tentang keturunannya dan tanah yang akan diberikan.
Kepulangan Yakub ke Betel terjadi pada fase kehidupan yang matang. Ia telah melalui pengalaman pahit, kemenangan, kehilangan, dan pertumbuhan spiritual. Dari seorang yang licik dan cenderung mengandalkan akalnya, Yakub telah bertransformasi menjadi seorang bapa bangsa yang menanggung beban dan tanggung jawab rohani bagi keluarganya. Kembalinya ia ke Betel bukan hanya menandai akhir dari perjalanannya di tanah asing, tetapi juga awal dari sebuah peneguhan kembali komitmennya kepada Allah yang telah menuntunnya selama ini.
Betel, yang berarti "rumah Allah," adalah tempat di mana Yakub, dalam pelariannya dari saudaranya Esau, pernah tertidur dengan batu sebagai bantalnya. Dalam mimpinya, ia melihat sebuah tangga yang didirikan di bumi dan puncaknya sampai di langit, serta malaikat-malaikat Allah naik turun di atasnya. Di puncak tangga itu berdiri TUHAN, yang berfirman kepadanya, meneguhkan janji-janji Abraham dan Ishak. Peristiwa ini menjadi titik balik signifikan, menandai awal dari hubungan pribadi Yakub dengan Allah.
Ketika Yakub kembali ke Betel bersama seluruh keluarganya, ia tidak hanya sekadar mengunjungi tempat bersejarah. Ia kembali untuk meneguhkan kembali hubungannya dengan Allah. Pengalaman di Betel mengajarkan Yakub tentang kesetiaan Allah yang tak tergoyahkan, meskipun Yakub sendiri seringkali tidak sempurna. Ia diingatkan bahwa Allah selalu hadir, bahkan ketika ia merasa sendirian dan melarikan diri.
Sebagai respons atas kehadiran Allah yang ia rasakan kembali di Betel, Yakub mendirikan sebuah tugu batu di tempat itu, dan menuangkan minyak serta korban curahan di atasnya. Ini adalah tindakan penyembahan dan pengudusan tempat itu bagi Allah. Ia juga menamai tempat itu "Betel," sesuai dengan nama yang diberikan Allah kepadanya pada pertemuan pertama mereka. Tindakan ini menunjukkan kerendahan hati dan pengakuan Yakub bahwa seluruh keberadaannya adalah karena anugerah Allah.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kembali ke "Betel" dalam kehidupan rohani kita. "Betel" bisa diartikan sebagai tempat-tempat atau momen-momen di mana kita pertama kali mengalami hadirat Allah secara pribadi, tempat di mana kita menerima janji-janji-Nya, atau tempat di mana kita meneguhkan kembali iman kita. Seringkali, dalam hiruk pikuk kehidupan, kita bisa menjauh dari perjumpaan awal yang mendalam ini. Namun, seperti Yakub, kita dipanggil untuk kembali, merenungkan kesetiaan-Nya, meneguhkan kembali komitmen kita, dan terus membangun hubungan yang intim dengan-Nya.
Perjalanan Yakub menuju Betel adalah metafora perjalanan iman yang tak pernah berakhir. Kita terus menerus belajar, tumbuh, dan kadang-kadang tersandung. Namun, anugerah Allah tetaplah setia, dan Ia selalu menunggu kita untuk kembali kepada-Nya, mengingatkan kita akan janji-janji-Nya, dan memperbarui kekuatan kita.