Kisah dalam Kejadian 48:17 menyajikan sebuah momen penting dalam kehidupan Yusuf dan keluarganya, serta memberikan pelajaran berharga tentang iman, penyerahan diri, dan cara Allah bekerja. Kejadian ini terjadi di akhir kehidupan Yakub, ketika ia memanggil kedua cucunya, Efraim dan Manasye, anak-anak Yusuf, untuk menerima berkat darinya. Dalam tradisi kuno, meletakkan tangan kanan merupakan simbol pemberian berkat utama dan warisan yang lebih besar.
Yusuf, yang kini telah menjadi tokoh penting di Mesir dan mampu memberikan kehidupan bagi keluarganya, melihat ayahnya, Yakub, bermaksud meletakkan tangan kanannya pada kepala Efraim, yang lebih muda. Namun, Yusuf merasa ada yang tidak beres. Ia yakin bahwa Manasye, sang sulung, yang seharusnya menerima berkat utama. Dengan segala hormat dan kepedulian, Yusuf berupaya mengarahkan tangan Yakub ke kepala Manasye.
Momen ini bukan sekadar tentang urutan atau hak waris dalam pandangan duniawi. Yakub, meskipun matanya sudah rabun karena usia, digerakkan oleh Roh Kudus. Ia tahu apa yang ia lakukan. Yakub menjawab Yusuf dengan firmannya yang luar biasa: "Aku tahu, anakku, aku tahu; ia [Manasye] juga akan menjadi suatu bangsa, dan ia juga akan menjadi besar. Tetapi adiknya [Efraim] akan menjadi lebih besar daripadanya, dan keturunannya akan menjadi sekumpulan bangsa." Pernyataan ini menunjukkan bahwa berkat Yakub tidak didasarkan pada preferensi pribadi atau urutan lahir semata, melainkan pada nubuat ilahi.
Kejadian 48:17 mengajarkan kita bahwa kehendak Allah seringkali melampaui pemahaman dan pandangan manusia. Yusuf, dengan niat baiknya untuk adiknya, berusaha mengarahkan sesuatu sesuai dengan pemikirannya. Namun, Allah memiliki rencana yang lebih besar dan lebih mulia. Ia dapat mengangkat yang terkemudian menjadi yang terdahulu, dan yang terpandang menjadi lebih tinggi. Ini adalah pengingat bahwa kita tidak boleh mengukur berkat atau kebesaran hanya berdasarkan kacamata duniawi.
Selain itu, kisah ini juga menyoroti pentingnya memercayai penuntunan ilahi, bahkan ketika hal itu tampak tidak masuk akal bagi kita. Yakub, dalam usianya yang senja, tunduk pada kehendak Allah dan memberikan berkat yang telah ditetapkan baginya untuk diberikan. Yusuf, meskipun awalnya ragu, akhirnya menerima dan bahkan mengikuti jejak ayahnya dengan meletakkan tangan di atas kepala kedua cucunya, menunjukkan penerimaan atas rencana Allah yang lebih besar.
Di sini akan muncul ilustrasi yang menggambarkan momen berkat Yakub kepada cucunya.
Ilustrasi: Dua cucu Yakub menerima berkat.
Pada akhirnya, kisah ini adalah tentang iman yang melampaui keterbatasan. Keterbatasan usia Yakub, keterbatasan pandangan Yusuf, semuanya diterobos oleh kehendak dan kuasa Allah. Efraim dan Manasye menjadi leluhur dari dua suku penting dalam bangsa Israel, dan Allah memastikan bahwa mereka semua diberkati. Kejadian 48:17 mengingatkan kita untuk senantiasa menaruh kepercayaan penuh pada Tuhan, sebab rencana-Nya selalu yang terbaik, bahkan ketika kita tidak selalu memahaminya.