Keluaran 21:5 - Hamba yang Memilih Tetap Melayani

"Tetapi jika hamba itu berkata: ‘Aku tidak mau pergi, karena aku cinta kepada tuan-ku serta isteri dan anak-anak-ku,’"

Kisah tentang perbudakan di masa lampau sering kali diselimuti gambaran yang kelam. Namun, dalam Kitab Keluaran, khususnya pada pasal 21, terdapat nuansa yang menarik, yaitu mengenai hak dan pilihan dari seorang hamba. Ayat kelima dari pasal 21 ini menyoroti sebuah skenario unik di mana seorang hamba, yang seharusnya memiliki kesempatan untuk merdeka setelah masa pelayanan tertentu, justru memilih untuk tetap berada bersama tuannya. Pilihan ini tidak didasari oleh paksaan, melainkan oleh ikatan emosional yang tulus.

Perlu dipahami bahwa sistem perbudakan pada zaman itu memiliki peraturan yang berbeda dengan pemahaman modern kita. Dalam konteks hukum Taurat yang disampaikan melalui Musa, ada ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memanusiakan bahkan para hamba. Salah satu ketentuan penting adalah mengenai jangka waktu pelayanan. Setelah enam tahun melayani, seorang hamba laki-laki Ibrani memiliki hak untuk dibebaskan tanpa bayaran. Namun, Keluaran 21:5 menawarkan sebuah alternatif yang sangat pribadi.

Ayat ini menggambarkan seorang hamba yang setelah tiba waktunya untuk bebas, justru menyatakan cintanya kepada tuannya, serta keluarganya. Ini adalah pengakuan mendalam akan hubungan yang telah terjalin. Bukan sekadar hubungan majikan-budak, tetapi sebuah ikatan yang terasa seperti keluarga. Mungkin tuannya telah memperlakukannya dengan baik, memberikan perlindungan, rasa hormat, dan kasih sayang yang membuatnya merasa aman dan dihargai. Mungkin juga dia memiliki hubungan yang erat dengan istri dan anak-anak tuannya, yang telah dianggapnya sebagai bagian dari hidupnya.

Keputusan untuk tetap menjadi hamba bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah bukti dari loyalitas dan kedekatan yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa meskipun statusnya adalah hamba, dia memiliki otonomi untuk membuat keputusan penting mengenai hidupnya. Dia tidak dipaksa untuk tinggal, tetapi memilih untuk tinggal karena adanya rasa cinta dan ikatan yang kuat. Ini juga bisa menjadi refleksi dari rasa aman dan stabilitas yang ditawarkan oleh tuannya, dibandingkan dengan ketidakpastian yang mungkin dihadapi jika dia memilih untuk pergi dan memulai hidup baru.

Pilihan ini menjadi sangat relevan di masa kini, di mana kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara meninggalkan zona nyaman dan mencari hal baru, atau tetap bertahan di tempat yang terasa akrab dan aman. Keluaran 21:5 mengajarkan kita bahwa hubungan yang didasarkan pada rasa hormat, kasih sayang, dan loyalitas dapat menciptakan ikatan yang begitu kuat sehingga melampaui sekadar kewajiban atau perjanjian formal. Ini adalah kisah tentang kebebasan memilih, dan bagaimana pilihan tersebut dapat diarahkan oleh hati yang mengasihi dan merasa terikat.

Ilustrasi simbolik hamba yang memilih untuk tinggal bersama tuannya Tuan Hamba Keluarga Pilihan Hati

Keluaran 21:5 memberikan perspektif yang kaya tentang hubungan manusia. Ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam struktur yang mungkin tampak membatasi, selalu ada ruang untuk pilihan yang didorong oleh kasih dan ikatan yang tulus. Pilihan hamba tersebut bukan hanya sebuah catatan historis, tetapi juga sebuah pelajaran abadi tentang kekuatan cinta dan kesetiaan yang bisa mengikat hati, bahkan melampaui kewajiban.