Dan ketika semua orang yang duduk dalam sidang itu menatap Stefanus, tampaklah muka Stefanus seperti muka seorang malaikat.
Kisah Rasul pasal 6 ayat 15 menceritakan momen yang begitu dramatis dan penuh kuasa dalam kehidupan awal gereja Kristen. Setelah melayani para janda Yunani dan menghadapi tuduhan palsu dari sinagoge orang Libertini, Aleksandria, Kirenia dan Kilikia, serta orang-orang dari Asia Kecil, Stefanus berdiri teguh di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin). Namun, apa yang terjadi saat itu bukanlah perdebatan biasa. Sebaliknya, para pendengarnya terkejut dengan sesuatu yang luar biasa.
Ayat tersebut dengan gamblang menyatakan, "Dan ketika semua orang yang duduk dalam sidang itu menatap Stefanus, tampaklah muka Stefanus seperti muka seorang malaikat." Pernyataan ini bukan sekadar metafora puitis. Ini menggambarkan sebuah manifestasi ilahi yang nyata, sebuah cahaya surgawi yang terpancar dari wajah Stefanus. Dalam konteks persidangan yang penuh tekanan, permusuhan, dan upaya untuk menjatuhkannya, wajah Stefanus justru memancarkan ketenangan, keagungan, dan bahkan kemuliaan ilahi. Seolah-olah ia tidak sedang menghadapi musuh-musuhnya, melainkan sedang berhadapan langsung dengan kehadiran Tuhan.
Penampilan Stefanus yang seperti malaikat ini bukanlah kebetulan. Itu adalah bukti dari rohnya yang dipenuhi dengan kuasa Roh Kudus. Beberapa ayat sebelumnya, dalam Kisah Rasul 6:5, disebutkan bahwa Stefanus adalah "seorang yang penuh iman dan Roh Kudus." Pemenuhan Roh Kudus inilah yang memungkinkan ia berbicara dengan hikmat dan keberanian yang luar biasa, serta memancarkan cahaya ilahi yang mengagumkan. Ini menunjukkan bahwa ketika seseorang sepenuhnya dikuasai oleh Roh Tuhan, kehadirannya sendiri bisa menjadi kesaksian yang kuat, bahkan tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun.
Momen ini juga menjadi titik balik krusial bagi Stefanus. Tatapan para anggota Mahkamah Agama yang semula penuh kebencian dan penghakiman, kini mungkin dipenuhi kebingungan dan kekaguman. Meskipun demikian, hal ini tidak menghentikan proses pengadilan. Stefanus kemudian melanjutkan dengan pidato pembelaan yang panjang dan mendalam, yang merupakan kesaksian paling kuat tentang iman Kristen di hadapan para pemimpin Yahudi. Pidato itu berakhir dengan tuduhan bahwa mereka adalah para penentang Roh Kudus, dan klimaksnya adalah penglihatannya tentang Yesus yang berdiri di sebelah kanan Allah di surga.
Kisah Rasul 6:15 mengajarkan kita pentingnya memiliki wajah yang bersinar dalam iman. Ini bukan berarti kita harus memiliki penampilan fisik yang mempesona, tetapi bagaimana hati dan roh kita dipenuhi oleh kehadiran Tuhan. Ketika kita dipenuhi oleh Roh Kudus, ketenangan, keberanian, dan kasih Kristus akan terpancar dari diri kita, mempengaruhi orang-orang di sekitar kita, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Wajah Stefanus yang seperti malaikat menjadi saksi abadi bahwa kuasa ilahi dapat mengubah keadaan dan memberikan kemuliaan bahkan di tengah penderitaan.