Lukas 20:28 - Kebangkitan Orang Mati

"Guru, Musa menuliskan untuk kita: Jikalau seorang, yang beristerikan seorang abang, mati tanpa mempunyai anak, maka saudaranya harus mengawini perempuan itu dan membangkitkan keturunan bagi abangnya."

Simbol kebangkitan

Ayat Lukas 20:28 mengutip ajaran Musa mengenai hukum levirat, sebuah praktik yang mengharuskan saudara laki-laki seorang pria yang meninggal tanpa anak untuk menikahi janda mendiang tersebut. Tujuan utama dari hukum ini adalah untuk menjaga nama dan warisan keluarga almarhum, serta memastikan kelangsungan keturunan. Dalam konteks zaman itu, memiliki keturunan, terutama laki-laki, sangat penting untuk keberlangsungan keluarga, warisan harta, dan juga untuk pemeliharaan nama keluarga di masa depan.

Pertanyaan yang diajukan oleh orang Saduki kepada Yesus, yang mendahului ayat ini, adalah sebuah jebakan. Mereka menggunakan hukum levirat ini untuk menantang Yesus mengenai konsep kebangkitan orang mati. Kaum Saduki dikenal tidak mempercayai adanya malaikat, roh, maupun kebangkitan. Mereka mengajukan skenario hipotetis yang ekstrem: seorang wanita yang telah menikah tujuh kali karena suaminya masing-masing meninggal tanpa anak. Pertanyaan mereka kemudian adalah, "Pada hari kebangkitan, siapakah di antara ketujuh orang itu yang akan menjadi suami wanita tersebut?" Skenario ini sengaja dibuat rumit untuk menunjukkan kepada Yesus bahwa konsep kebangkitan tidak masuk akal menurut pemahaman mereka.

Jawaban Yesus, yang terdapat dalam ayat-ayat selanjutnya, dengan tegas menunjukkan bahwa pemahaman kaum Saduki tentang kebangkitan sangat terbatas dan keliru. Yesus menjelaskan bahwa di dunia kebangkitan, keadaan akan sangat berbeda. Orang-orang yang dibangkitkan tidak akan lagi hidup dalam ikatan pernikahan seperti di dunia ini. Mereka akan menjadi seperti malaikat di surga, di mana tidak ada pernikahan dan tidak ada kematian. Ini adalah poin penting yang Yesus tekankan: kebangkitan bukanlah sekadar pengulangan kehidupan duniawi dengan segala permasalahannya, melainkan sebuah eksistensi yang diperbarui dan berbeda.

Lukas 20:28, meskipun mengutip hukum Musa, menjadi bagian dari dialog yang lebih besar mengenai realitas kebangkitan. Yesus menggunakan hukum tersebut sebagai titik tolak untuk mengajarkan kebenaran yang lebih dalam. Hukum levirat, dalam esensinya, adalah tentang kelangsungan hidup dan warisan. Yesus membawa konsep ini ke tingkat yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dan warisan sejati berada dalam hubungan dengan Tuhan, bukan sekadar pada keturunan biologis atau ikatan duniawi.

Inti dari ajaran Yesus terkait ayat ini adalah bahwa kebangkitan orang mati adalah sebuah realitas spiritual yang melampaui pemahaman duniawi. Ia menekankan bahwa Tuhan adalah Tuhan bagi orang yang hidup, bahkan bagi mereka yang telah meninggal dan akan dibangkitkan. Kematian bukanlah akhir dari segalanya, tetapi sebuah transisi menuju kehidupan kekal. Jawaban Yesus ini bukan hanya membantah kaum Saduki, tetapi juga memberikan pengharapan bagi semua orang yang percaya tentang kehidupan setelah kematian dan kebenaran tentang Kerajaan Allah.