Lukas 22:64

Dan mereka meludahi Dia, dan memukul Dia; dan beberapa orang menampar Dia, katanya, "Terka siapa yang memukul engkau?"

Kisah yang tercatat dalam Lukas 22:64 menggambarkan momen yang sangat menyayat hati dalam penderitaan Yesus Kristus. Setelah ditangkap dan dibawa ke hadapan para pemimpin agama, Yesus menghadapi perlakuan yang penuh dengan penghinaan dan kekejaman. Ayat ini secara ringkas namun kuat melukiskan gambaran bagaimana Dia dicemooh, diludahi, dipukul, dan bahkan ditampar. Pengalaman ini bukan hanya fisik, tetapi juga sangat emosional dan spiritual, sebuah ujian ketahanan dan kesetiaan yang luar biasa.

Perlakuan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi penjaga hukum dan moral, namun justru mereka yang memimpin tindakan tidak manusiawi ini. Yesus, Sang Juruselamat dunia, diperlakukan seperti seorang penjahat rendahan, dipermalukan di depan umum. Tindakan meludahi adalah bentuk penghinaan terbesar dalam budaya saat itu, menunjukkan penolakan total dan rasa jijik. Pukulan dan tamparan yang menyertainya menambah penderitaan fisik yang Dia alami, sementara pertanyaan sarkastis "Terka siapa yang memukul engkau?" menunjukkan niat mereka untuk menyiksa-Nya lebih lanjut, baik secara fisik maupun mental.

Meskipun menghadapi penderitaan yang tak terbayangkan ini, catatan Injil lainnya menunjukkan bahwa Yesus tetap tenang dan tabah. Dia tidak melawan balik dengan kekerasan, tidak mengucapkan kutukan, melainkan menyerahkan diri-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Ayat Lukas 22:64 ini menjadi pengingat akan harga yang harus dibayar untuk penebusan umat manusia. Ini adalah gambaran nyata dari cinta ilahi yang bersedia menanggung segala bentuk kesakitan dan kehinaan demi keselamatan kita.

Simbol wajah sedih

Dalam konteks yang lebih luas, penderitaan Yesus ini bukan hanya tentang penghinaan dari musuh-Nya, tetapi juga tentang bagaimana Dia berdiri teguh dalam kebenaran-Nya, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan total. Pengalaman ini mengajarkan kita tentang arti pengampunan dan kerendahan hati. Bagaimana kita merespons penderitaan, penolakan, dan ketidakadilan dalam hidup kita bisa menjadi cerminan dari teladan Kristus. Lukas 22:64 memaksa kita untuk merenungkan kedalaman pengorbanan-Nya dan arti dari penderitaan yang Dia tanggung atas nama kita semua. Kesetiaan-Nya kepada Bapa dan misi-Nya adalah bukti cinta yang tak terhingga, bahkan ketika Dia diperlakukan dengan cara yang paling keji.