Tetapi Engkau, ya TUHAN, ditinggikan untuk selama-lamanya.
Mazmur 92:8 mengingatkan kita akan sebuah kebenaran fundamental tentang sifat Allah: bahwa Dia ditinggikan untuk selama-lamanya. Ayat ini, meskipun singkat, sarat dengan makna teologis yang mendalam dan memiliki implikasi besar bagi cara kita memandang dan berinteraksi dengan Sang Pencipta. Dalam kesibukan dunia yang terus berubah, di mana segala sesuatu tampak sementara dan fana, keberadaan Tuhan yang kekal memberikan jangkar yang kokoh bagi iman kita.
Konsep "ditinggikan untuk selama-lamanya" berbicara tentang supremasi, keunggulan, dan kemuliaan Tuhan yang tidak memiliki awal maupun akhir. Ini berarti bahwa Tuhan berada di atas segala sesuatu yang diciptakan, melampaui batas ruang dan waktu. Tidak ada kekuatan yang dapat menandingi-Nya, tidak ada kebijaksanaan yang dapat melampaui-Nya, dan tidak ada kekuasaan yang dapat menggoyahkan-Nya. Keilahian-Nya mutlak, tidak berubah, dan abadi.
Dalam konteks mazmur ini, penekanan pada keabadian Tuhan seringkali kontras dengan nasib orang fasik yang digambarkan binasa. Sementara dunia material dan segala penguasaannya bisa runtuh, sifat Allah tetap teguh. Ini adalah sumber penghiburan dan harapan yang luar biasa bagi umat-Nya. Ketika kita menghadapi kesulitan, ketidakadilan, atau kerapuhan hidup, pengetahuan bahwa Allah itu kekal memberikan perspektif yang lebih besar. Masalah kita mungkin terasa besar, tetapi kebesaran Tuhan jauh lebih besar lagi.
Bagaimana pemahaman akan keagungan Tuhan yang kekal ini memengaruhi kehidupan kita sehari-hari? Pertama, hal ini mendorong kita untuk menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada-Nya. Jika Dia kekal, maka janji-janji-Nya juga kekal. Kita dapat bersandar pada karakter-Nya yang dapat diandalkan, mengetahui bahwa Dia tidak akan pernah berubah dan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang mencari-Nya.
Kedua, ini menumbuhkan rasa hormat dan kekaguman. Menyadari bahwa kita berhadapan dengan Yang Maha Tinggi, Yang Abadi, seharusnya memicu kerendahan hati dalam hati kita. Ibadah kita, doa kita, dan cara hidup kita seharusnya mencerminkan kesadaran akan kebesaran-Nya. Kita diajak untuk tidak menganggap remeh kehadiran-Nya atau mencoba membatasi-Nya dalam pemahaman kita yang terbatas.
Ketiga, keabadian Tuhan menjadi sumber keberanian. Dalam menghadapi ketakutan atau ketidakpastian, kita dapat mengingat bahwa Tuhan yang bersama kita adalah Tuhan yang sama yang telah ada sebelum segala sesuatu dan akan tetap ada setelah segala sesuatu berakhir. Kekuatan-Nya tidak pernah berkurang, dan kasih-Nya tidak pernah memudar. Keberadaan-Nya yang kekal menjamin bahwa ada tujuan yang lebih besar di balik segala sesuatu, bahkan ketika kita tidak memahaminya.
Oleh karena itu, renungan atas Mazmur 92:8 bukan sekadar pengakuan intelektual, melainkan panggilan untuk hidup dalam kesadaran yang mendalam akan karakter Tuhan. Marilah kita senantiasa mengingat bahwa Dia ditinggikan untuk selama-lamanya, dan biarlah pemahaman ini menuntun kita untuk hidup dengan iman, harapan, dan kasih yang teguh, bersandar pada Dia yang adalah Alpha dan Omega, awal dan akhir, kekal selamanya.