Ulangan 27:3 - Menegakkan Peringatan Ilahi

"Dan engkau harus menyuruh semua orang Israel, seorang laki-laki saja, supaya membacakan perkataan hukum ini di depan seluruh umat Israel, untuk didengar mereka."

Simbol Kitab Terbuka dan Sinar Ilustrasi kitab terbuka dengan sinar cahaya yang memancar darinya, melambangkan penyebaran firman Tuhan.

Ayat Ulangan 27:3 memberikan sebuah perintah yang sangat penting bagi bangsa Israel: untuk membacakan hukum Tuhan di depan seluruh umat. Ini bukan sekadar ritual belaka, melainkan sebuah strategi ilahi untuk memastikan kebenaran dan kehendak Tuhan senantiasa tertanam dalam hati dan pikiran setiap individu. Perintah ini menekankan pentingnya pendengaran dan pemahaman kolektif, bukan hanya pengetahuan individu yang terisolasi. Dengan adanya pembacaan yang disaksikan oleh seluruh bangsa, diharapkan setiap orang, dari yang tertua hingga yang termuda, dari yang paling terpelajar hingga yang paling sederhana, akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendengar firman Tuhan.

Tujuan utama dari pembacaan ini adalah untuk menanamkan ketakutan akan Tuhan dan ketaatan pada segala hukum-Nya. Dalam konteks perjanjian Allah dengan umat-Nya, ketaatan adalah kunci untuk menerima berkat dan menghindari murka. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang hukum bukan hanya soal pengetahuan, tetapi juga soal hidup. Membaca di depan umum juga memiliki efek pengingat yang kuat. Di tengah kesibukan hidup dan berbagai godaan, firman Tuhan bisa saja terlupakan. Namun, dengan adanya pengingat yang terstruktur dan disaksikan bersama, umat Israel diingatkan akan tanggung jawab mereka di hadapan Pencipta.

Konteks di mana perintah ini diberikan juga sangat signifikan. Ulangan 27 adalah bagian dari instruksi Musa kepada bangsa Israel sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian. Ini adalah momen krusial yang menandai dimulainya babak baru dalam sejarah mereka. Membaca hukum Tuhan di depan seluruh umat di Gunung Ebal dan Gerizim (seperti dijelaskan lebih lanjut dalam pasal ini) adalah cara untuk memperbaharui komitmen mereka terhadap perjanjian dan menetapkan dasar spiritual bagi kehidupan mereka di negeri yang baru. Ini adalah tindakan simbolis yang kuat, memperlihatkan bahwa keberhasilan dan kelangsungan hidup mereka di Tanah Perjanjian akan sangat bergantung pada hubungan mereka dengan Tuhan dan kepatuhan mereka pada firman-Nya.

Dalam dunia modern, semangat dari perintah ini masih sangat relevan. Meskipun cara penyampaian firman Tuhan mungkin berbeda, esensi dari pemahaman dan internalisasi hukum Tuhan tetap sama. Komunitas, keluarga, dan setiap individu dipanggil untuk secara aktif mencari, mendengar, dan merenungkan firman Tuhan. Ini bukan hanya tugas para pemimpin agama, tetapi tanggung jawab setiap orang percaya. Ulangan 27:3 mengingatkan kita bahwa pengetahuan tentang firman Tuhan harus dibagikan, didiskusikan, dan menjadi landasan bagi seluruh aspek kehidupan. Dengan demikian, kita dapat terus berjalan di jalan yang berkenan kepada-Nya dan menikmati berkat-berkat yang telah Dia janjikan.