"Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: 'Pergilah, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Bukankah kamu akan menerima didikan untuk mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel?"
Ayat Yeremia 35:13 ini mengajak kita untuk merenungkan sebuah pesan kenabian yang kuat dari Allah Israel. Pesan ini disampaikan melalui Nabi Yeremia kepada umat-Nya, khususnya kepada penduduk Yehuda dan Yerusalem. Inti dari firman ini adalah sebuah pertanyaan retoris yang tajam: "Bukankah kamu akan menerima didikan untuk mendengarkan perkataan-Ku?" Pertanyaan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah seruan kepada kesadaran dan introspeksi diri. Allah, dalam kasih dan kebijaksanaan-Nya, selalu menawarkan kesempatan untuk belajar, untuk diperbaiki, dan untuk mengikuti jalan-Nya. Namun, seringkali manusia memilih untuk mengabaikan petunjuk ilahi ini.
Konteks dari ayat ini, yang dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 35, adalah tentang kaum Rekhab. Kaum Rekhab adalah kelompok non-Israel yang setia pada perintah leluhur mereka, Yonadab bin Rekhab, untuk tidak minum anggur dan hidup dalam kemah. Ketika mereka diundang ke Bait Allah dan ditawari minuman anggur oleh Yeremia atas perintah Allah, mereka menolak. Penolakan mereka didasarkan pada ketaatan mereka terhadap leluhur. Allah kemudian menggunakan kesetiaan kaum Rekhab ini sebagai contoh kontras bagi umat Israel yang seharusnya lebih taat kepada-Nya sebagai Pencipta mereka. Umat Israel, meskipun telah menerima hukum dan peringatan berkali-kali, justru seringkali memberontak dan mengabaikan firman Allah.
Firman Allah dalam Yeremia 35:13 menekankan pentingnya menerima didikan. Didikan di sini berarti kesediaan untuk belajar, dibentuk, dan diarahkan. Allah tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menawarkan bimbingan. Namun, penerimaan didikan memerlukan kerendahan hati dan keterbukaan. Sebaliknya, kekerasan hati dan kesombongan akan membuat seseorang menutup diri dari kebenaran dan petunjuk yang membangun.
Di era modern ini, tantangan untuk mendengarkan dan menerima didikan Allah mungkin terasa berbeda namun esensinya tetap sama. Kita dikelilingi oleh begitu banyak informasi, opini, dan godaan yang seringkali mengalihkan perhatian kita dari suara Allah. Teknologi yang seharusnya mempermudah komunikasi, terkadang justru membuat kita semakin jauh dari hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Pertanyaan Yeremia 35:13 masih relevan: Apakah kita benar-benar mau menerima didikan dari Allah? Apakah kita bersedia untuk mengesampingkan ego, keinginan pribadi, dan pengaruh duniawi demi mendengarkan suara-Nya yang penuh kasih dan kebenaran?
Ketaatan kepada Allah membawa berkat dan kedamaian yang sejati. Ketika kita memilih untuk mendengarkan dan mengikuti firman-Nya, hidup kita akan bertumbuh dalam hikmat, kebenaran, dan karakter Kristus. Penolakan terhadap didikan Allah, sebaliknya, akan membawa konsekuensi negatif, baik secara pribadi maupun komunal. Pasal ini menjadi pengingat yang kuat bahwa kesetiaan kepada Allah adalah sebuah pilihan sadar yang harus terus menerus kita perbarui. Marilah kita belajar dari kesetiaan kaum Rekhab dalam hal ketaatan mereka kepada leluhur, dan bahkan lebih lagi, meniru ketaatan kepada Allah yang adalah Sumber kehidupan dan kebenaran.