Ayat Yosua 4:11 mencatat momen penting dalam sejarah bangsa Israel. Setelah bertahun-tahun mengembara di padang gurun, mereka akhirnya diperintahkan oleh Tuhan untuk menyeberangi Sungai Yordan. Sungai ini, pada musim panen, biasanya berair deras dan luas, menjadi penghalang alami yang tampak tak dapat ditembus. Namun, Tuhan, dalam kuasa-Nya yang tak terbatas, membuat mukjizat terjadi. Air sungai itu berhenti mengalir, seolah dibendung, dan menciptakan jalan yang kering bagi seluruh umat Israel untuk melintas dengan aman. Ini adalah bukti nyata dari kesetiaan Tuhan dan kekuatan-Nya yang besar.
Kejadian ini bukan sekadar peristiwa fisik, tetapi juga memiliki makna teologis yang mendalam. Tuhan menghendaki agar umat-Nya mengingat dan menghormati perbuatan-Nya yang ajaib. Oleh karena itu, setelah menyeberang, Yosua diperintahkan untuk mengambil dua belas batu dari tengah-tengah Sungai Yordan, tempat kaki para imam yang membawa tabut perjanjian telah berdiri teguh. Batu-batu ini kemudian dibawa ke tempat perkemahan mereka di Gilgal. Batu-batu ini berfungsi sebagai monumen peringatan, sebuah tanda visual yang akan mengingatkan generasi-generasi mendatang tentang bagaimana Tuhan telah membawa nenek moyang mereka menyeberangi Yordan dengan cara yang ajaib.
Fungsi batu-batu peringatan ini sangat krusial. Ketika anak-anak bertanya kepada orang tua mereka tentang arti batu-batu tersebut, orang tua akan menceritakan kembali kisah penyeberangan Yordan. Ini adalah metode pengajaran yang efektif, memastikan bahwa keajaiban Tuhan tidak dilupakan seiring berjalannya waktu dan perpindahan generasi. Yosua 4:11 menegaskan bahwa Tuhan tidak hanya berfirman, tetapi juga melaksanakan firman-Nya dengan cara yang spektakuler. Dia membawa umat-Nya dari perbudakan di Mesir, melalui padang gurun, dan kini ke tanah perjanjian. Setiap langkah dilengkapi dengan manifestasi kuasa ilahi.
Dalam konteks kehidupan modern, ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat dan menghargai campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Seringkali, dalam kesibukan sehari-hari, kita lupa akan mukjizat-mukjizat yang telah Tuhan lakukan bagi kita, baik yang besar maupun yang kecil. Tuhan ingin kita membangun "batu-batu peringatan" dalam hati kita, dalam keluarga kita, dan dalam komunitas kita, untuk mengenang kebaikan-Nya. Pengalaman Yosua 4:11 mengingatkan kita bahwa Tuhan yang sama, yang mengeringkan Sungai Yordan, senantiasa hadir untuk menolong kita melewati tantangan hidup. Kuasa-Nya tidak berubah, dan kesetiaan-Nya abadi. Peristiwa ini menjadi fondasi bagi bangsa Israel untuk memulai kehidupan baru di tanah Kanaan, dengan keyakinan penuh pada pemimpin dan Allah mereka.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan tentang ketaatan. Para imam harus berdiri teguh di tengah sungai yang berair deras, menahan arus yang kuat sambil memikul tabut perjanjian. Ini membutuhkan iman yang luar biasa dan kepercayaan penuh pada janji Tuhan. Begitu pula dengan seluruh bangsa Israel yang mengikuti instruksi Tuhan dengan setia. Mereka tidak ragu, tetapi mempercayai pimpinan Tuhan. Penyeberangan Sungai Yordan adalah gerbang menuju realisasi janji Allah akan tanah yang melimpah. Ayat Yosua 4:11 adalah kesaksian abadi tentang kebesaran Tuhan, kesetiaan-Nya kepada umat-Nya, dan pentingnya menjaga ingatan akan perbuatan-Nya yang ajaib agar iman kita terus bertumbuh dan generasi mendatang juga dapat mewarisi kesaksian ini.